Juni 22, 2020
(Rilis Hasil Survei Psikososial Masyarakat Indonesia di Masa Pandemi Covid-19)
Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia mengalami kecemasan di masa pandemi Covid-19. Namun mereka mampu mengatasi kecemasan dengan berbagai tindakan. Kemampuan mengatasi masalah (kecemasan) mengingatkan kita dengan lagu “Nenek Moyangku”. Salah satu bait lagu tersebut sebagai berikut

Nenek moyangku orang pelaut,

Gemar mengarung luas samudra,

Menerjang ombak tiada takut,

Menempuh badai sudah biasa.

Lirik lagu tersebut seakan menggambarkan bagaimana upaya masyarakat Indonesia menghadapi kecemasan, khususnya di masa pandemi ini.
Survei studi psikosial masyarakat Indonesia di masa pandemi Civid-19 yang dilakukan oleh Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) dan Ikatan Alumni Universitas Airlangga Komisariat Fakultas Kesehatan Masyarakat (IKA FKM UA) juga menggali penyebab munculnya kecemasan dan bagaimana masyarakat menyelesaikan kecemasan (mekanisme coping). Survei yang diikuti oleh sekitar 8031 responden yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Survei dilaksanakan selama 8 hari (6-13 Juni 2020) melalui daring (online).
Paparan tentang penyebab kecemasan dan mekanisme coping disampaikan oleh salah satu tim peneliti survei psikososial, Mursyidul Ibad, S.KM, M.Kes pada kegiatan zoom webinar Kolaborasi Sehatkan Negeri, yang diselenggarakan pada hari Minggu, 21 Juni 2020. Ibad, begitu biasa dipanggil juga merupakan dosen muda di program studi S1 Kesmas di Universitas Nahdlatul Ulama, Surabaya.
Kecemasan masyarakat Indonesia pada aspek kehidupan ekonomi, didominasi karena faktor pemasukan yang berkurang (58,59%) sementara pengeluaran bertambah (17,8%). Mengatasi kecemasan tersebut, masyarakat melakukan upaya penghematan atau dengan kata lain mengganti kegiatan yang lebih prioritas. Selain itu, ada juga upaya mencari alternatif lain demi menghasilkan pendapatan adalah solusi penyelesaian saat tempat usaha mereka ditutup.
image.png
Penyebab Kecemasan pada Aspek Ekonomi yang dialami Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19
Pada aspek kehidupan pendidikan, mayoritas sebab kecemasan karena faktor sulit memahami materi (37,4%), mengalami kendala kuota data internet (30,2%), dan mengalami kendala sinyal (19,28%). Sementara sebab-sebab lainnya adalah gawai tidak support, guru/dosen tidak berkenan melakukan pengajaran secara daring dan ada juga karena guru/dosen tidak menguasai model pengajaran daring. Mengatasi faktor-faktor tersebut, masyarakat (mahasiswa/pelajar) tetap memaksakan diri mengikuti proses belajar mengajar. Adapun kendala kesulitan memahami materi, mereka bertanya kepada teman berkaitan dengan materi yang sulit. Adanya kendala sinyal, disiasati dengan menumpang fasilitas wifi tidak berbayar. Proporsi penyelesaian dengan mengabaikan proses belajar mengajar terbesar dilakukan pada responden yang mengalami guru/dosen yang tidak berkenan daring.
image.png
Penyebab Kecemasan pada Aspek Pendidikan yang dialami Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19
Hampir mirip dengan aspek kehidupan ekonomi, pada aspek pekerjaan, mayoritas sebab kecemasan karena faktor pendapatan yang berkurang (30,3%). Sementara penyebab lainnya cukup beragam yaitu sulit koordinasi dengan teman kerja, tidak dapat membagi waktu, kendala dalam usaha, banyak jalan yang ditutup (selama masa PSBB), pengeluaran komunikasi lebih besar, kantor belum siap menerapkan work from office (WFO) dengan penerapan protokol kesehatan, mengalami kendala mengakses dokumen kantor, tugas kantor diberikan di luar jam kerja, kekahawatiran saat menggunakan transportasi umum saat berangkat kerja dan ada yang mengalami sinyal internet yang kurang stabil saat melakukan pekerjaan (WFH).
image.png
Penyebab Kecemasan pada Aspek Pekerjaan yang dialami Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19
Dengan berbagai macam penyebab kecemasan di aspek pekerjaan, masyarakat kemudian melakukan penyelesaian dengan berbagai cara. Masalah akses dokumen kantor, mereka berkoordinasi dengan rekan kerja. Masalah ketidaksiapan WFO, mereka bernegosiasi dengan atasan maupun meminta untuk memperpanjang masa WFH. Selain itu, ada yang menyelesaikan masalah dengan cara curhat di media sosial, khususnya bagi mereka yang penyebab kecemasannya karena diberikan pekerjaan diluar jam kantor.
image.png
Penyebab Kecemasan pada Aspek Religi (Kehidupan Beragama) yang dialami Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19
Secara umum tindakan penyelesaian masalah (coping), masyarakat lebih mendengarkan ceramah online dan membaca kitab suci. Diketahui pula bahwa proporsi terbesar responden yang melakukan curhat di media social berada pada faktor penyebab takut dianggap tidak beragama.
Faktor penyebab kecemasan pada aspek interaksi sosial, didominasi faktor tidak dapat berinteraksi dengan saudara, tetangga dan teman (45,56%) dan khawatir dengan kondisi keluarga yang lama tidak berjumpa (34,07%). Faktor penyebab lain yang muncul adalah bosan dirumah (10,41%), ada perasaan kehilangan selama tidak berinteraksi (8,53%) dan tinggal di kos dengan banyak orang (0,43%).
image.png
Penyebab Kecemasan pada Aspek Sosial Interaksi Masyarakat yang dialami Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19
Tindakan penyelesaian masalah, secara umum mereka tetap bersosialisasi dengan menggunakan masker dan jaga jarak, mengatasi bosan dirumah dengan bersosialisasi di media social. Hal menarik adalah karena penyebab tinggal di kos banyak orang, maka mereka memutuskan untuk pulang kampung/mudik.
Berdasarkan penyebab timbulnya kecemasan dan mekanisme coping (penyelesaian masalah), maka pemerintah (pusat/daerah) perlu membentuk atau mengoptimalkan saluran konsultasi/curhat bagi masyarakat yang membutuhkan (layanan dukungan psikososial). Tak kalah pentingnya, proses penyusunan program yang terkait dengan psikososial, perlu lebih memperhatikan prioritas pada sasaran sesuai hasil analisis penelitian (kelompok perempuan, kelompok usia produktif khususnya 30-39 tahun, buruh/petani/nelayan dan tingkat pendidikan yang rendah).
Selain itu, pemerintah perlu lebih mengoptimalkan dan bekerjasama dengan media mainstream agar turut bersama memberikan dukungan informasi yang benar tentang pencegahan dan penananganan Covid-19.
Dukungan informasi yang benar dan terpercaya tentang Covid-19 sejatinya adalah bagian dari spectrum of prevention dalam menjalankan pencegahan utama (primary prevention) dalam menghadapi Covid-19.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© PERSAKMI All rights Reserved