Fast Track Pengendalian HIV AIDS dengan Program TOP

Desember 14, 2017

Pada 12 – 13 Desember 2017 lalu telah berlangsung pertemuan kelompok kerja (Pokja) dan panel ahli HIV dan AIDS di Hotel Novotel Gajah Mada Jakarta. Pertemuan tersebut dihadiri berbagai ahli dari beberapa institusi di Indonesia, yang diketuai oleh Menteri Kesehatan RI.

Ada tujuh sub panel yang dikembangkan dalam pertemuan tersebut, yaitu;

Beberapa narasumber dihadirkan sebagai pengayaan, untuk memaparkan materi  tentang Program HIV AIDS dan PIMS dari direktur P2PML, dan paparan tentang struktur pokja oleh kasubdit HIV AIDS. Pola perkembangan global HIV AIDS oleh ketua panel Ahli Prof. Dr. Zubairi Djoerban. Adapun tugas panel ahli kali ini adalah melakukan kajian program penanggulangan  HIV AIDS, memberi masukan, berperan aktif, menjadi jembatan kementerian dengan profesi, dan landasan framework persepsi sebagai road map panlih.

Situasi HIV AIDS di Indonesia per 2016 kasus HIV  sekira 41.250 kasus dengan AIDS; 7.491 kasus. Hasil menunjukkan bahwa baru sekitar 35% kasus yang telah mengetahui  dirinya menderita sementara secara global  sudah 70%. Dalam hal pemberian  ARV baru sekitar 13% yang mendapatkan dari jumlah orang yang hidup dengan HIV. Sementara pengetahuan remaja tentang HIV masih sangat minim (11%) dan Indonesia termasuk contributor besar  setelah India dan China.

Menghadapi situasi tersebut maka Indonesia mengembangkan program capaian cakupan; 90- 90- 90 yaitu: Melakaukan test terhadap 90% orang  yang terinfeksi dapat terdeteksi. 90% yang terdiagnosis  menerima  ARV dan 90% yang menerima ARV  dapat ditekan virusnya. Untuk mencapai target tersebut maka lebih jauh dikembangkan strategi jalur cepat (TOP); Temukan-Obati dan Pertahankan untuk eliminasi HIV AIDS 2030.

Dalam panel ini, Prof Dr. Ridwan Amiruddin, SKM  sebagai member panel ahli Surveilans dan riset sekaligus sebagai pengurus PERSAKMI dan ahii Epidemiologi menghimbau agar Program surveilans HIV AIDS memiiliki road map pengembangan surveilans yang lebih solid dan penelitian yang lebih jelas dan terarah. Mengembangkan pengendalian HIV AIDS bukan hanya dari sisi kuratif (UKP), tetapi menggeser paradigma ke blok sistem yang lebih luas (UKM); misalnya Pemberdayaan masyarakat, penguatan SDM kesehatan, kefarmasian, regulasi, dan manajemen. Selain itu menggeser pendekatan HIV dari vertical approach ke horizontal dengan melibatkan stake holders yang lebih luas. (BRA).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© PERSAKMI All rights Reserved