Focus Group Discussion Kemitraan Pengendalian Stunting di Kabupaten Kediri

Juni 27, 2019

Kemarin, Rabu, 26 Juni 2019, PERSAKMI Jawa Timur bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sore itu mengadakan Focus Group Discussion (FGD) Kemitraan Pengendalian Stunting. Acara ini diadakan di RS Dhaha Husada Kediri. Acara ini melibatkan para pihak yang dinilai berpotensi bisa bekerja sama dalam upaya pengendalian stunting. Perhatian cukup besar diperlihatkan oleh para peserta dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), Universitas Nadhlatul Ulama Surabaya (UNUSA), Muslimat dan Fatayat NU Kediri, dan juga Sahabat Desa yang akan bertugas di lapangan.

Acara diawali dengan pembukaan oleh Dr. Moch. Irfan Hadi, SKM, M.Kes yang merupakan ketua Program Sehat Berdaya Fokus Pengendalian Prevalensi Stunting di Kabupaten Kediri dari Persakmi Jawa Timur. Beliau menjelaskan gambaran besar tentang kemitraan pengendalian stunting di Kediri, juga memperkenalkan Sahabat Desa yang akan live in di desa lokus stunting. Desa yang akan menjadi fokus stunting adalah Desa Kepung, Desa Desa Kebonrejo dan Desa Besowo, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.

Sahabat Desa selama menjalankan tugas harus bisa berkoordinasi dengan berbagai lintas sektor. “Semua komponen harus bisa saling menguatkan, menjadi teamwork di desa untuk pembangunan kesehatan”, terang Hertanto, SKM, M.Si, pembina PERSAKMI Jawa Timur yang juga Sekertaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Turut hadir pula staf kesehatan gizi dan masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Edy Suroso, SKM, memberikan paparan tentang stunting. Penanganan masalah stunting dapat dilakukan dengan intervensi perbaikan gizi secara spesifik (langsung) dan sensitif (tidak langsung). Beliau juga memperkenalkan aplikasi posyandu (EEPBGM) yang membantu proses pendataan secara cepat dan tetap.

Salah satu peserta, Satriya Wijaya, SKM, M.Kes perwakilan dari UNUSA menyebutkan, permasalahan stunting di desa memiliki 2 penyebab utama, yaitu awareness dan pengetahuan. “Hal inilah yang membutuhkan peran perbaikan dari Sahabat Desa”, ujar Satriya. Beliau sangat antusias dengan kegiatan ini yang mengajak kerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Nantinya mahasiswa bisa turut diajak membantu dengan melakukan pengabdian masyarakat di desa.

Saat adzan maghrib berkumandang, Mohamad Yoto, SKM, M.Kes selaku ketua Persakmi Jawa Timur memberikan closing statement sebagai penutup kegiatan sore itu. “Sektor pemerintah dan sektor masyarakat akan bekerjasama dengan Sahabat Desa untuk filling the gap dan connecting the unconnected’”, pungkas Yoto.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© PERSAKMI All rights Reserved