Persakmi Jatim Luncurkan Buku “Connecting The Unconnected”
Juli 9, 2019
PERSAKMI Pengda Jawa Timur menerbitkan hasil pemikiran dan refleksi dari Program Riset Aksi Parsitipatif Desa Sehat Berdaya, dalam sebuah buku berjudul Connecting The Unconnected. Buku ini merupakan dokumentasi hasil hasil kegiatan lapangan dalam pilot project menempatkan 3 fasilitator yang disebut ‘Sahabat Desa’ dalam melaksanakan promotif dan preventif kesehatan. Program Desa Sehat Berdaya dilaksanakan selama 1 tahun, mulai bulan Mei 2018 hingga April 2019, di Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang.
Sabtu (6/7) PERSAKMI Jawa Timur mengadakan soft launching buku tersebut di Ruang Pertemuan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Tawangmangu. Pada acara tersebut hadir Kepala B2P2TOOT, Sekjen Pengurus Pusat PERSAKMI, dan tim Pengurus Daerah PERSAKMI Jawa Timur.
Hario Megatsari, SKM, M.Kes sebagai Pimpinan Program, dalam pemaparannya menceritakan jatuh bangun dalam mendirikan program ini. Awal mencoba mengajak menjalin kerjasama dengan beberapa instansi, namun hasilnya kurang ada kecocokan khususnya dari teknis finansial. “Akhirnya YDSF Malang menyetujui kontrak kerjasama. Walaupun tidak 100% menerima, namun sudah cukup membantu Sahabat Desa di lapangan,” ujarnya.
Berbagai dinamika dialami dalam menjalankan Program Desa Sehat Berdaya ini. Adanya tragedi bom di Surabaya (31/05/2018) membuat pihak desa merasa resah dan curiga dengan kehadiran Sahabat Desa. Selain itu, di tengah masa tugas, ada salah satu Sahabat Desa yang harus mengundurkan diri karena masalah keluarga yang tidak bisa ditinggalkan. Padahal Sahabat Desa tersebut sudah mendapat kepercayaan dari pihak desa, hingga dipercaya menjadi khotib dalam sholat ied, juga sholat Jum’at.
Buku Connecting The Unconnected ini bukan karya satu-satunya. Sebelumnya, dari Program Desa Sehat Berdaya juga berhasil menelurkan dua artikel jurnal Sinta 2.
Dr. Lutfi Agus Salim, S.KM, M.Si yang merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga menyarankan untuk memberikan buku ini ke Pemerintah Provinsi. “Semoga bisa advokasi program ini ke Gubernur,” harapnya.
Pendapat tersebut juga disepakati oleh Sugeng Harijanto, SKM, MPH, Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSU Haji Surabaya. Beliau mengatakan, ”bahkan kalau bisa lakukan serangan udara hingga ke Presiden. Minimal didengar dulu.”
Dalam kesempatan itu Hario berharap agar buku ini bisa dijadikan buku ajar atau referensi untuk perkuliahan. “Kalau dosen tidak mengaplikasikan materi di dalam kelas, seperti menjadi katak dalam tempurung. Rohnya materi tidak sama dengan ketika kita mendengar atau membaca”, terangnya.
“Semoga Kementerian Kesehatan bisa melirik program ini, sesuai dengan cita-cita Presiden dan Nawacita,” pungkas Hario.