Angka Kematian Ibu Masih Jadi Soal

Juni 4, 2017

Majene, mandarnews.com — Meskipun saat ini Pelayanan bagi ibu hamil di kabupaten Majene pada dasarnya masih berjalan dengan baik, namun masih saja ditemukan laporan dari berbagai Layanan Kesehatan tentang kasus angka kematian ibu (AKI).

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Majene, pada tahun 2016 lalu dilaporkan terdapat 13 kasus angka kematian ibu di wilayah kabupaten Majene yang belum diketahui secara detail penyebab kematiannya.

Terkait akan hal itu, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) daerah Majene bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Majene dan Lembaga Pemberdayaan Hak Asasi Manusia (LP-HAM) menggelar Kegiatan Deseminasi (Ekspose) Hasil penelitian dalam upaya penguatan sistem inovasi daerah bidang kesehatan. Selasa (9/5/2017).

Kegiatan yang berlangsung di ruang pola Kantor Bupati Majene ini mengambil tema Diterminan Kematian Ibu. Hadir dalam acara tersebut, Sekertaris Dinkes Majene Munawar, Kepala Balitbang dr. Evawati, Asisten I Bidang Pemerintahan Sekda Majene Ir Burhanuddin.

Dalam Sambutanya dr Evawati mengatakan bahwa, ada beberapa Determinan yang masih mempengaruhi angka kematian ibu di Majene. Angka kematian ibu di Majene kata dia cukup tingggi di Sulbar, sehingga perlu penanganan yang serius dari semua OPD terkait. Peran dan fungsi Balitbang, OPD terkait dan berbagai unsur masyarakat lainnya perlu ditingkatkan. dengan duduk bersama demi meraih rekomendasi penanganan masalah tersebut.

“Kami harap setelah rekomendasi ini diterbitkan Agar angka kematian ibu bisa diselesaikan dengan efektif dan efisien meskipun dengan anggaran yang minim dapat meminimalisir angka kematian ibu,” katanya.

Dalam acara itu, Prof Dr.Ridwan Amiruddin guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas Makassar hadir sebagai pemateri. Selain itu Awaluddin dari LP HAM Majene dan Nurul Fitria Gamayanti peneliti dari FKM Unhas juga hadir membawakan materi.

Ketiga narasumber berpendapat, angka kematian ibu masih di picu beberapa faktor, diantaranya faktor penyebab langsung kematian ibu masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena faktor keterlambatan. Ini semua terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi.

Masih banyak ibu dengan pendidikan rendah terutama yang tinggal di pedesaan yang menganggap bahwa kehamilan dan persalinan adalah kodrat wanita yang harus dijalani sewajarnya tanpa memerlukan perlakuan khusus (pemeriksaan dan perawatan).

Sosial ekonomi dan social budaya yang masih rendah pengaruh budaya setempat masih sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan ibu dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ibu.

Budaya Indonesia mengutamakan kepala keluarga untuk mendapat makanan bergizi, dan ibu hamil hanya sisanya. Selain itu faktor Terlambat mengambil keputusan sering dijumpai pada masyarakat kita, bahwa pengambil keputusan bukan di tangan ibu, tetapi pada suami atau orang tua, bahkan pada orang yang dianggap penting bagi keluarga.

Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam penentuan tindakan yang akan dilakukan dalam kasus kebidanan yang membutuhkan penanganan segera. Keputusan yang diambil tidak jarang didasari atas pertimbangan faktor social budaya dan faktor ekonomi.

Selain itu kurangnya sumber daya yang memadai, sarana dan prasarana yang tidak mendukung dan kualitas layanan di tingkat rujukan, merupakan faktor penyebab terlambatnya upaya penyelamatan kesehatan ibu.

Terbatasnya pelayanan kesehatan ibu juga meliputi tenaga dan sarana, serta belum optimalnya keterlibatan swastaTerbatasnya kualitas tenaga kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan responsif gender, meliputi : antenatal yang terintegrasi, pertolongan persalinan, penanganan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana.

Belum adanya sistem pelayanan kesehatan yang sesuai untuk daerah terpencil, belum ada regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih untuk tindakan medis khusus.

Diharapkan dengan diketahuinya faktor resiko tersebut, instansi terkait dapat segera melakukan deteksi dini resiko tinggi kehamilan dan persalinan. Serta dapat memantau keadaan janin dan menghindarkan pengaruh buruk yang berujung pada kamatian ibu.(ashari)

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© PERSAKMI All rights Reserved